Selasa, 17 April 2012

FEATURE


Singgalang, Eksotika Ranah Minang
Oleh : Arfika Diana



Singgalang adalah satu dari rangkaian Tri Arga (Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek) yang setia menopang langit Minangkabau. Berdiri gagah di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dengan ketinggian 2877 mdpl, menarik hasrat para petualang menyusuri jalanan menanjak, menggapai eksotika alam.
Merasakan lembabnya hutan lumut, dinginnya hutan tropis yang lebat serta keanggunan telaga dewi yang berada di ketinggian 2762 mdpl adalah pesona alam yang telah dijanjikan. Tak mudah memang, terdapat rute yang harus ditempuh untuk menggapai tangga langit ini. Beranjak dari desa Koto Baru, perjalanan dilanjutkan ke desa Pandai Sikek yang kemudian diteruskan dengan menyusuri jalanan beraspal kasar untuk sampai ke Tower Pemancar TV.
Meninggalkan lokasi Tower, perjalanan langsung dihadapkan pada tanjakan melewati lorong-lorong hutan pimpiang. Tumbuhan pimpiang yang ramah seakan tersenyum menyambut siapa saja yang datang menjamahnya. Daunnya menari, bergerak bersama angin menyentuh setiap inchi kulit sang petualang. Dengan akrab, tumbuhan-tumbuhan itu merangkul dan  bergandengan dengan rangkaian tiang listrik yang berada di sisi lorong. Sungguh, pemandangan yang menambah apik pesona hutan gunung Singgalang.
Menapaki terjalnya lintasan, mendengar nyanyian burung dan gemercik air dari kejauhan adalah suatu harmonisasi yang tak terlupakan. Makin melangkah, suara itu semakin nyata, kumpulan zat pelepas dahaga mengalir dengan kejernihannya, sejuk dan menyegarkan. Disinilah tempat bernama Mata Air I. Merasakan hawa dingin gunung yang diam-diam merasuk jauh ke tulang, mengubah semua kepenatan menjadi gairah melawan tantangan.
Dari Mata Air I, perjalanan tetap mengharuskan jantung bekerja lebih keras, menuju Cadas dengan kemiringan 45 derajat. Semakin ke puncak, terlihat pohon pakis yang berbaris rapi dan cantik. Batu rapuh Cadas mengharuskan kaki-kaki lelah menahan ambisi, berhati-hati menapaki pendakian. Cadas terdiri dari bebatuan padat berwarna kuning, yang ditumbuhi pepohonan berjenggot dan Rhododendron gunung. Dan bagi para petualang bermata jeli, mereka bisa menjumpai bunga edelweis, bunga yang sering dianggap sebagai lambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian. Edelweis juga melambangkan pengorbanan. Karena bunga ini hanya tumbuh di puncak-puncak atau lereng-lereng gunung yang tinggi sehingga untuk mendapatkannya membutuhkan perjuangan yang amat berat.

Di perjalanan juga dijumpai sebuah tugu yang dinamakan tugu Galapagos. Tugu ini di buat sebagai monumen hilangnya salah satu Siswa Pencinta Alam ( Sispala ) Galapagos SMA 1 Padang sekitar tahun 90 - an. “ Terbanglah kau wahai sang elang, ……” begitulah bunyi awal kalimatnya.
Cadas menyuguhkan pemandangan lepas ke arah Gunung Marapi yang terletak tepat di depan. Suatu keberuntungan bisa menikmati eksotika kota Padang Panjang, Bukittinggi, dan danau Singkarak dari Cadas karena pada siang hari gunung Singgalang sering diselimuti kabut. Untuk itu, para pendaki biasanya mendirikan tenda dan bertahan menjelang sang raja siang keluar dari peraduannya. Saat itulah pemandangan eksotis menari-nari di depan mata penikmatnya.
Setelah melewati Cadas, perjalanan dilanjutkan dengan memasuki kawasan hutan yang lebih lembab dan pohon-pohon yang di selimuti lumut tebal. Pesona hutan basah gunung Singgalang, berjalan di antara akar-akar pohon ditumbuhi lumut tebal menambah deretan kenangan yang tak terlupakan. Tak lama berselang, keindahan Telaga Dewi siap menyambut mata-mata perindunya. Damainya riak telaga yang dipermainkan angin mengundang langkah-langkah kaki mengayun mengitari telaga. Disinilah hutan basah Singgalang sesungguhnya, bermain di istana lumut yang indah dan berjalan menapaki lumut yang tebal.
Pencapaian di Telaga Dewi membuat banyak orang merasa telah menemukan semua eksotika Singgalang, tapi sejatinya Singgalang masih menjanjikan titik tertinggi. Yaitu titik triangulasi yang dihiasi oleh tower-tower pemancar yang menjulang tinggi. Berada di puncak, tempat tertinggi dari tubuh kokoh Singgalang adalah hal yang menakjubkan. Menikmati pemandangan lepas dan berdiri di atas sebuah ranah yang kaya akan adat dan tradisi. Ranah nan elok dengan wajah bak lukisan yang siap menyihir mata yang melihatnya. Ranah yang menyeru mereka yang jauh untuk segera bertandang, dan membawa mereka yang pergi untuk kembali pulang.

Akhirnya, eksotika gunung Singgalang memang akan tetap bertahan dalam diri empunya, hingga satu-satunya cara menebus rindu akan pesonanya hanyalah dengan berkunjung kembali, menapaki setiap rintangan, menikmati setiap keindahan dan meresapi semua keagungan Tuhan.

Penat dan lelah telah terbayar oleh  keramahan alam. Alam sang keindahan kembali bersolek menarik mata-mata pemuja lainnya. Untuk merayapi setiap jengkal keasriannya dan mendengar setiap harmonisasi yang tercipta. Indah akan tetap indah, indah akan benar-benar indah bagi mereka yang membutuhkan keindahan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar