Analisis Ideologi Cerpen “Kematian
Paman Gober”
Karya Seno Gumira Ajidarma
Ideologi adalah
keseluruhan gagasan, kepercayaan, dan doktrin milik suatu zaman, suatu
kelompok, atau suatu kelas dalam masyarakat (Dictionnaire du Petit Robert).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, antara lain dikemukakan bahwa ideologi
adalah himpunan nilai, ide norma, kepercayaan, keyakinan (weltanschaurung) yang
dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan
sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan yang
menentukan tingkah laku politisnya.
Dapat kita lihat dari definisinya, dalam ideologi
terkandung makna “keseluruhan gagasan”,
“himpunan nilai”, atau “keterkaitan sejumlah asumsi”. Ideologi ini adalah
gagasan yang ingin ditanamkan oleh seorang tokoh pada tokoh lainnya atau dari
pengarang kepada pembacanya. Untuk menemukan ideologi dalam suatu karya sastra,
perlu diperhatikan repetisi yang ada di dalam teks. Berikut contoh analisis
ideologi dalam cerpen “Kematian Paman Gober” karya Seno Gumira Ajidarma.
Analisis Ideologi Cerpen “Kematian
Paman Gober”
Cerpen “Kematian Paman Gober”
sangat tepat dengan kondisi Negara kita saat cerpen ini dibuat yaitu pada tahun
1994. Keadaan Negara yang sedang memanas, berbagai kritikan akan menjadi
boomerang bagi yang melakukannya. Seperti kutipan di dalam cerpen “Kematian
Paman Gober” :
Tiada lagi berita yang bisa
dibaca di koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Banyak kalimat, tapi bukan
informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan. Koran-koran telah menjadi
kertas, bukan media. Pada waktu itu beberapa media telah dibreidel, para
sastrawan tidak lagi memilih kebebasan mengungkapkan tugasnya.
Keadaan seperti inilah
yang ingin dimunculkan oleh pengarang sebagai pengirim mitos , yaitu dengan
menanamkan ideologi nondemokrasi dan kapitalisme. Ahli mitos menganggap bahwa
ideologi yang dikemukakan tersebut merupakan cara menampilkan konflik cerita, sedangkan
bagi pembaca sebagai si penerima mitos bebas menginterpetasikan sesuai dengan
pemahamannya, bisa saja suatu tokoh yang dihadirkan pengarang sebagai seorang
yang kapitalisme, tetapi dari sudut pandang lain dianggap berideologi oteritarianisme.
Bila kita telaah lebih jauh, ideologi
dominan di dalam cerpen ini diwakili oleh Paman Gober. Paman Gober adalah tokoh
berideologi kapitalisme. Dalam suatu masyarakat yang dipimpin oleh seorang
pemimpin yang kapitalistik seperti Paman Gober, kapitalisme menjadi sendi utama
kehidupan masyarakat. Hal ini memunculkan kelas masyarakat kapitalis yaitu orang-orang
kaya yang berorientasi pada kehidupan material dengan ditandai penumpukkan
akumulasi modal atau kekayaannya dan menikmati sejumlah kemewahan hidup.
Kesenangan dan kenikmatan hidup
individulah yang dikejar, kekayaan diakumulasikan tanpa mengenal batas, tanpa
mempedulikan nasib masyarakat yang miskin atau nilai-nilai dan batasan-batasan
moral. Paman Gober memiliki kekayaan yang tak berhingga dan tidak pernah mempedulikan
nasib orang lain termasuk keponakannya sendiri (Donal Bebek). Mereka bahkan
dieksploitasi tenaganya guna kepentingan dirinya. Nilai-nilai luhur yang selama
ini dianut, seperti oleh Nenek Bebek, dilanggarnya demi tujuan atau kepentingan
dirinya, demi memperkaya diri. Keserakahan merupakan hal yang lumrah bagi Paman
Gober yang kapitalis sikap yang dikecam oleh Nenek Bebek yang feodalistik.
Paman Gober menjadi tokoh dominan
di dalam cerpen ini, seorang tokoh pemimpin di Kota Bebek, bukan lagi Nenek
Bebek yang hidup dengan mengasingkan diri di luar kota. Ideologi kapitalisme
dalam diri Paman Gober juga ditunjang oleh ideologi lain, yaitu ideologi otoritarianisme.
Tokoh pemimpin di Kota Bebek ini merupakan salah seorang tokoh yang menerapkan oteritarianisme
dalam menjalankan kepemimpinannya meskipun dalam dirinya sebetulnya kapitalismelah
yang dominan.
Di pihak lain, terdapat ideologi
feodalisme dan demokrasi. Tokoh yang berideologikan feodalisme yaitu Nenek
Bebek. Ia tidak terlalu mementingkan urusan duniawi dan memilih untuk
mengasingkan diri di tempat yang tenang, menjalani hidup dengan kesederhanaan
dan lebih memaknai arti hidup sesungguhnya. Sedangkan tokoh berideologi
demokrasi adalah tokoh Donal Bebek. Ia sangat menentang kepemimpinan Paman
Gober yang tak tergantikan. Ia sangat membenci politik di kota bebek yang
seolah menjalankan demokrasi tetapi nyatanya tidak. Bukti di dalam cerpen :
"Apakah saya tidak
punya hak bicara?
Maka hari-hari pun berlalu
tanpa penggantian pimpinan. Demokrasi berjalan, tapi tidak memikirkan pimpinan,
karena memang hanya ada satu pemimpin. Segenap pengurus bisa dipilih
berganti-ganti, namun kedudukan Paman Gober tidak pernah dipertanyakan.
Berikut tabel tokoh dan formasi ideologinya:
No
|
Tokoh
|
Formasi Ideologi
|
1.
|
Paman Gober
|
Kapitalisme,
Otoritarianisme
|
2.
|
Nenek Bebek
|
Feodalisme
|
3.
|
Donal Bebek
|
Demokrasi
|
Cerpen ini membuktikan bahwa
pengarang, Seno Gumira Ajidarma telah dengan nyata melahirkan kecakapan dan
kemahirannya dalam membuat cerpen “Kematian Paman Gober”. Hampir semua orang
mengenal tokoh Paman Gober, apalagi untuk pencinta komik Donal Bebek.
Pengetahuan dan pengalamannya mampu menyajikan cerpen itu berjalan melintasi
waktu.