Selasa, 11 Desember 2012

Analisis Ideologi Cerpen “Kematian Paman Gober”


Analisis Ideologi Cerpen “Kematian Paman Gober”
Karya Seno Gumira Ajidarma

            Ideologi adalah keseluruhan gagasan, kepercayaan, dan doktrin milik suatu zaman, suatu kelompok, atau suatu kelas dalam masyarakat (Dictionnaire du Petit Robert). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, antara lain dikemukakan bahwa ideologi adalah himpunan nilai, ide norma, kepercayaan, keyakinan (weltanschaurung) yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politisnya.
Dapat kita lihat dari definisinya, dalam ideologi terkandung makna “keseluruhan  gagasan”, “himpunan nilai”, atau “keterkaitan sejumlah asumsi”. Ideologi ini adalah gagasan yang ingin ditanamkan oleh seorang tokoh pada tokoh lainnya atau dari pengarang kepada pembacanya. Untuk menemukan ideologi dalam suatu karya sastra, perlu diperhatikan repetisi yang ada di dalam teks. Berikut contoh analisis ideologi dalam cerpen “Kematian Paman Gober” karya Seno Gumira Ajidarma.
Analisis Ideologi Cerpen “Kematian Paman Gober”
Cerpen “Kematian Paman Gober” sangat tepat dengan kondisi Negara kita saat cerpen ini dibuat yaitu pada tahun 1994. Keadaan Negara yang sedang memanas, berbagai kritikan akan menjadi boomerang bagi yang melakukannya. Seperti kutipan di dalam cerpen “Kematian Paman Gober” :
Tiada lagi berita yang bisa dibaca di koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Banyak kalimat, tapi bukan informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan. Koran-koran telah menjadi kertas, bukan media. Pada waktu itu beberapa media telah dibreidel, para sastrawan tidak lagi memilih kebebasan mengungkapkan tugasnya.
            Keadaan seperti inilah yang ingin dimunculkan oleh pengarang sebagai pengirim mitos , yaitu dengan menanamkan ideologi nondemokrasi dan kapitalisme. Ahli mitos menganggap bahwa ideologi yang dikemukakan tersebut merupakan cara menampilkan konflik cerita, sedangkan bagi pembaca sebagai si penerima mitos bebas menginterpetasikan sesuai dengan pemahamannya, bisa saja suatu tokoh yang dihadirkan pengarang sebagai seorang yang kapitalisme, tetapi dari sudut pandang lain dianggap berideologi oteritarianisme.
Bila kita telaah lebih jauh, ideologi dominan di dalam cerpen ini diwakili oleh Paman Gober. Paman Gober adalah tokoh berideologi kapitalisme. Dalam suatu masyarakat yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang kapitalistik seperti Paman Gober, kapitalisme menjadi sendi utama kehidupan masyarakat. Hal ini memunculkan kelas masyarakat kapitalis yaitu orang-orang kaya yang berorientasi pada kehidupan material dengan ditandai penumpukkan akumulasi modal atau kekayaannya dan menikmati sejumlah kemewahan hidup.
Kesenangan dan kenikmatan hidup individulah yang dikejar, kekayaan diakumulasikan tanpa mengenal batas, tanpa mempedulikan nasib masyarakat yang miskin atau nilai-nilai dan batasan-batasan moral. Paman Gober memiliki kekayaan yang tak berhingga dan tidak pernah mempedulikan nasib orang lain termasuk keponakannya sendiri (Donal Bebek). Mereka bahkan dieksploitasi tenaganya guna kepentingan dirinya. Nilai-nilai luhur yang selama ini dianut, seperti oleh Nenek Bebek, dilanggarnya demi tujuan atau kepentingan dirinya, demi memperkaya diri. Keserakahan merupakan hal yang lumrah bagi Paman Gober yang kapitalis sikap yang dikecam oleh Nenek Bebek yang feodalistik.
Paman Gober menjadi tokoh dominan di dalam cerpen ini, seorang tokoh pemimpin di Kota Bebek, bukan lagi Nenek Bebek yang hidup dengan mengasingkan diri di luar kota. Ideologi kapitalisme dalam diri Paman Gober juga ditunjang oleh ideologi lain, yaitu ideologi otoritarianisme. Tokoh pemimpin di Kota Bebek ini merupakan salah seorang tokoh yang menerapkan oteritarianisme dalam menjalankan kepemimpinannya meskipun dalam dirinya sebetulnya kapitalismelah yang dominan.
Di pihak lain, terdapat ideologi feodalisme dan demokrasi. Tokoh yang berideologikan feodalisme yaitu Nenek Bebek. Ia tidak terlalu mementingkan urusan duniawi dan memilih untuk mengasingkan diri di tempat yang tenang, menjalani hidup dengan kesederhanaan dan lebih memaknai arti hidup sesungguhnya. Sedangkan tokoh berideologi demokrasi adalah tokoh Donal Bebek. Ia sangat menentang kepemimpinan Paman Gober yang tak tergantikan. Ia sangat membenci politik di kota bebek yang seolah menjalankan demokrasi tetapi nyatanya tidak. Bukti di dalam cerpen :
"Apakah saya tidak punya hak bicara?
Maka hari-hari pun berlalu tanpa penggantian pimpinan. Demokrasi berjalan, tapi tidak memikirkan pimpinan, karena memang hanya ada satu pemimpin. Segenap pengurus bisa dipilih berganti-ganti, namun kedudukan Paman Gober tidak pernah dipertanyakan.

Berikut tabel tokoh dan formasi ideologinya:

No
Tokoh
Formasi Ideologi
1.
Paman Gober
Kapitalisme,
Otoritarianisme
2.
Nenek Bebek
Feodalisme
3.
Donal Bebek
Demokrasi

Cerpen ini membuktikan bahwa pengarang, Seno Gumira Ajidarma telah dengan nyata melahirkan kecakapan dan kemahirannya dalam membuat cerpen “Kematian Paman Gober”. Hampir semua orang mengenal tokoh Paman Gober, apalagi untuk pencinta komik Donal Bebek. Pengetahuan dan pengalamannya mampu menyajikan cerpen itu berjalan melintasi waktu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar