Selasa, 21 Februari 2012

Mie Instan Favorit Anak Kos



Mie instan, tidak ada yang tidak kenal dengan makanan yang satu ini. Jutaan kemasan mie instan dalam berbagai  merek beredar di pasaran. Makanan yang terbuat dari tepung terigu ini sangat diminati khususnya di kalangan anak kos. Sekarang, pertanyaannya kenapa mie instan menjadi idola para anak kos? Tentang hal ini saya pernah bertanya pada salah seorang teman yang notabene seorang anak kos, katanya mie instan itu makanan yang praktis, mudah didapat, mengenyangkan dan yang pasti harganya cocok dengan kantong anak kos. Memang terdengar menyedihkan jika kita mengaitkan antara mie instan dan anak kos, tetapi hal itu tidak dapat dipungkiri. Anak kos yang hanya mengandalkan kiriman dari orang tua, dan ketika tiba saatnya kiriman belum datang dan uang di tangan juga sekarat tentu mie instan hadir sebagai pilihan.
Tetapi apakah benar mie instan banyak dikonsumsi anak kos karena mereka sangat menyukainya? Saya rasa tidak, karena saya sendiri juga seorang anak kos yang ikut dalam kelompok pengkonsumsi mie instan jika keuangan sedang menipis. Jadi, kurang tepat rasanya jika mie instan itu disebut makanan favoritnya anak kos, yang tepat itu mereka mengkonsumsi mie instan karena terpaksa. Untuk anak kos yang seorang mahasiswa biasanya memilih mengkonsumsi mie instan selain karena ekonomis, juga karena mie instan sangat praktis. Tidak memerlukan waktu lama untuk mengolahnya, sebab waktu mahasiswa sangat berharga. Dengan setumpuk tugas perkuliahan yang harus dikerjakan, tidak memungkinkan sekali untuk menghabiskan waktu berlama-lama memasak menu lezat di dapur.
Tentang kenyataan bahwa mie instan berbahaya bagi kesehatan juga pasti telah sampai di telinga para anak kos. Dengan konsumsi yang berlebihan, akan menyebabkan tubuh terserang penyakit kanker dan mie instan juga tidak baik dikonsumsi oleh penderita maag, karena hal itu juga sangat merugikan mereka yang memiliki penyakit tersebut. Banyak kasus yang saya temui para anak kos, seorang mahasiswa yang secara kontiniu mengkonsumsi mie instan, setelah gelar sarjana diraih, ia malah terbaring tak berdaya di RS bahkan ada yang sampai meninggal dunia karena organ viseralnya yang telah teracuni oleh pengawet dalam makanan kenyal ini. Hal ini tidak bisa diremehkan begitu saja karena sekarang, ini yang sedang mengancam kita para anak kos pencinta mie instan.
Meskipun dengan tujuan menghemat, tidak seharusnya para anak kos mengkonsumsi mie instan secara terus-menerus. Tubuh kita juga membutuhkan nutrisi dan gizi yang cukup untuk melakukan aktifitas. Sedangkan mie instan, tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam mie instan hanya terkandung karbohidrat dan bobotnya pun tidak sebanding dengan karbohidrat yang terkandung dalam nasi. Dengan mengkonsumsi mie tidak berarti dapat mengganti nasi, dan mengkonsumsi nasi bersama mie, itu sama saja dengan makan nasi dengan nasi. Perut akan terasa penuh dan membuat kita merasa tidak nyaman.
Mengkonsumsi mie boleh-boleh saja, asalkan kita mengolah dengan benar dan jangan mengkonsumsinya secara berlebihan dan terus menerus. Mie instan yang begitu praktis terkadang sering dikonsumsi dengan hanya menuangkan air panas kemudian menunggu sebentar dan langsung dimakan. Seharusnya, kita mengolah mie instan dengan cara memasaknya, dan air rebusan harus dibuang kemudian untuk mie kuah, hendaklah mengganti dengan air yang telah dididihkan lainnya.  Cara ini dapat meminimalkan bahan pengawet yang terkandung dalam mie, karena larut bersama air rebusan pertama.
Bagi anak kos yang selama ini langganan mie instan, hendaknya berangsur-angsur mencari alternatif lain untuk mengamankan keuangan mereka. Menghemat bukan berarti harus makan mie instan, sebagai anak kos itu harus pandai mengsiati permasalahan tersebut. Anak kos yang biasanya perantauan, harus ramah dan ulet. Itu modal terpenting untuk sukses hidup mandiri di negeri orang. Nah, dengan keuletan, bisa membantu ibu kos yang sedang membutuhkan bantuan, dan tak terpungkiri kita juga bisa makan enak karenanya. Bukan berarti pamrih, hanya berusaha untuk memperoleh rezeki dengan kemampuan yang dimiliki.
Pilihan lain yaitu dengan berpasrah diri menunggu traktiran teman (dengan syarat, kalau ada uang, harus traktir balik, jangan curang!). Teman itu akan selalu ada saat kita sedang kesusahan, dan dia juga tidak akan tega makan sendiri tanpa memikirkan temannya. Untuk itu seorang anak kos harus jadi teman idaman. Karena saat kita bisa menjadi teman yang baik, orang lain tentu akan berbuat demikian. Menanam kebaikan tentu akan menuai kebaikan pula. Jika kita mendapatkan kiriman dari orang tua, apa salahnya mentraktir teman, karena suatu saat kita juga akan membutuhkan bantuan mereka.
Dan pilihan lainnya yaitu berpura-pura akrab dengan tetangga yang punya acara helatan. Nah, pilihan terakhir ini cukup ampuh, terbukti banyak teman saya yang melakukannya. Mereka biasanya akan mengenakan pakaian yang paling bagus yang mereka punya kemudian dengan penuh percaya diri mereka pergi secara diam-diam ke tempat helatan. Lokasi yang dipilih biasanya tidak jauh dari lokasi kosan mereka. Hal ini bukan berarti mencuri, karena mereka yang melakukan biasanya tetap menyerahkan amplop meskipun nilainya tidak sebanding dengan apa yang mereka makan. Cara ini bahkan lebih memungkinkan bagi anak kos untuk bisa memakan makanan yang bergizi ketimbang harus makan mie instan. Tentang resiko, mereka tidak terlalu memikirkannya, karena meskipun ketahuan oleh yang punya helatan, para empunya acara juga tidak tega mengusir atau memarahi mereka. Mereka membiarkannya dengan alasan acara syukuran memang hakikatnya untuk saling berbagi, apalagi berbagi kepada musafir ilmu seperti mahasiswa yang pada umumnya anak kos itu.  

Gubahanku...


Malam kelam, pekat
Menohok, menyulut kerinduan
Melekat, menyapu, menerbangkan semua angan
Gusaran hati melayang melingkupi pikiran
Akankah rindu ini...
Mimpi ini...
Menyatu dalam rasa yang kau sadarkan

Rasa yang tak bisa ku enyahkan
Ingatan yang tak kuasa ku lupakan
Seburat senyum yang tetap ku harapkan
Akankah bibir itu tetap diam
Memendam kata yang ku nantikan
Akankah kaki itu tetap kaku
Menahan langkah-langkah menujuku


Asaku telah terlalu haus
Menemukan titik kebencianku
Kesakitan itu begitu nyata
Nyata tuk ku rasa...
Nyata pula tuk kuhapuskan...

Kepada kau yang kutujukan...
Biarkan tawaku lepas, atas senyummu tuk mereka
Biarkan tangisku pecah, atas sayatan kecil melukaimu
Siksa aku lebih dari ini...
Matikan aku saat tangan ini tak lepas dari genggamanmu...
Kuburkan aku saat kenangan ini telah dulu kau kubur
Ke  jurang yang tak kan bisa ku terjuni...
Dalam laut yang tak kan bisa ku selami...