Mie
instan, tidak ada yang tidak kenal dengan makanan yang satu ini. Jutaan kemasan
mie instan dalam berbagai merek beredar
di pasaran. Makanan yang terbuat dari tepung terigu ini sangat diminati
khususnya di kalangan anak kos. Sekarang, pertanyaannya kenapa mie instan
menjadi idola para anak kos? Tentang hal ini saya pernah bertanya pada salah
seorang teman yang notabene seorang anak kos, katanya mie instan itu makanan
yang praktis, mudah didapat, mengenyangkan dan yang pasti harganya cocok dengan
kantong anak kos. Memang terdengar menyedihkan jika kita mengaitkan antara mie
instan dan anak kos, tetapi hal itu tidak dapat dipungkiri. Anak kos yang hanya
mengandalkan kiriman dari orang tua, dan ketika tiba saatnya kiriman belum
datang dan uang di tangan juga sekarat tentu mie instan hadir sebagai pilihan.
Tetapi
apakah benar mie instan banyak dikonsumsi anak kos karena mereka sangat
menyukainya? Saya rasa tidak, karena saya sendiri juga seorang anak kos yang
ikut dalam kelompok pengkonsumsi mie instan jika keuangan sedang menipis. Jadi,
kurang tepat rasanya jika mie instan itu disebut makanan favoritnya anak kos,
yang tepat itu mereka mengkonsumsi mie instan karena terpaksa. Untuk anak kos yang
seorang mahasiswa biasanya memilih mengkonsumsi mie instan selain karena
ekonomis, juga karena mie instan sangat praktis. Tidak memerlukan waktu lama
untuk mengolahnya, sebab waktu mahasiswa sangat berharga. Dengan setumpuk tugas
perkuliahan yang harus dikerjakan, tidak memungkinkan sekali untuk menghabiskan
waktu berlama-lama memasak menu lezat di dapur.
Tentang
kenyataan bahwa mie instan berbahaya bagi kesehatan juga pasti telah sampai di
telinga para anak kos. Dengan konsumsi yang berlebihan, akan menyebabkan tubuh
terserang penyakit kanker dan mie instan juga tidak baik dikonsumsi oleh penderita
maag, karena hal itu juga sangat merugikan mereka yang memiliki penyakit
tersebut. Banyak kasus yang saya temui para anak kos, seorang mahasiswa yang
secara kontiniu mengkonsumsi mie instan, setelah gelar sarjana diraih, ia malah
terbaring tak berdaya di RS bahkan ada yang sampai meninggal dunia karena organ
viseralnya yang telah teracuni oleh pengawet dalam makanan kenyal ini. Hal ini
tidak bisa diremehkan begitu saja karena sekarang, ini yang sedang mengancam
kita para anak kos pencinta mie instan.
Meskipun
dengan tujuan menghemat, tidak seharusnya para anak kos mengkonsumsi mie instan
secara terus-menerus. Tubuh kita juga membutuhkan nutrisi dan gizi yang cukup
untuk melakukan aktifitas. Sedangkan mie instan, tidak dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Dalam mie instan hanya terkandung karbohidrat dan bobotnya pun tidak
sebanding dengan karbohidrat yang terkandung dalam nasi. Dengan mengkonsumsi
mie tidak berarti dapat mengganti nasi, dan mengkonsumsi nasi bersama mie, itu
sama saja dengan makan nasi dengan nasi. Perut akan terasa penuh dan membuat
kita merasa tidak nyaman.
Mengkonsumsi
mie boleh-boleh saja, asalkan kita mengolah dengan benar dan jangan
mengkonsumsinya secara berlebihan dan terus menerus. Mie instan yang begitu
praktis terkadang sering dikonsumsi dengan hanya menuangkan air panas kemudian
menunggu sebentar dan langsung dimakan. Seharusnya, kita mengolah mie instan
dengan cara memasaknya, dan air rebusan harus dibuang kemudian untuk mie kuah,
hendaklah mengganti dengan air yang telah dididihkan lainnya. Cara ini dapat meminimalkan bahan pengawet
yang terkandung dalam mie, karena larut bersama air rebusan pertama.
Bagi
anak kos yang selama ini langganan mie instan, hendaknya berangsur-angsur
mencari alternatif lain untuk mengamankan keuangan mereka. Menghemat bukan berarti
harus makan mie instan, sebagai anak kos itu harus pandai mengsiati
permasalahan tersebut. Anak kos yang biasanya perantauan, harus ramah dan ulet.
Itu modal terpenting untuk sukses hidup mandiri di negeri orang. Nah, dengan
keuletan, bisa membantu ibu kos yang sedang membutuhkan bantuan, dan tak
terpungkiri kita juga bisa makan enak karenanya. Bukan berarti pamrih, hanya
berusaha untuk memperoleh rezeki dengan kemampuan yang dimiliki.
Pilihan
lain yaitu dengan berpasrah diri menunggu traktiran teman (dengan syarat, kalau
ada uang, harus traktir balik, jangan curang!). Teman itu akan selalu ada saat
kita sedang kesusahan, dan dia juga tidak akan tega makan sendiri tanpa
memikirkan temannya. Untuk itu seorang anak kos harus jadi teman idaman. Karena
saat kita bisa menjadi teman yang baik, orang lain tentu akan berbuat demikian.
Menanam kebaikan tentu akan menuai kebaikan pula. Jika kita mendapatkan kiriman dari orang tua, apa salahnya
mentraktir teman, karena suatu saat kita juga akan membutuhkan bantuan mereka.
Dan
pilihan lainnya yaitu berpura-pura akrab dengan tetangga yang punya acara
helatan. Nah, pilihan terakhir ini cukup ampuh, terbukti banyak teman saya yang
melakukannya. Mereka biasanya akan mengenakan pakaian yang paling bagus yang mereka
punya kemudian dengan penuh percaya diri mereka pergi secara diam-diam ke
tempat helatan. Lokasi yang dipilih biasanya tidak jauh dari lokasi kosan
mereka. Hal ini bukan berarti mencuri, karena mereka yang melakukan biasanya
tetap menyerahkan amplop meskipun nilainya tidak sebanding dengan apa yang
mereka makan. Cara ini bahkan lebih memungkinkan bagi anak kos untuk bisa memakan
makanan yang bergizi ketimbang harus makan mie instan. Tentang resiko, mereka
tidak terlalu memikirkannya, karena meskipun ketahuan oleh yang punya helatan,
para empunya acara juga tidak tega mengusir atau memarahi mereka. Mereka membiarkannya
dengan alasan acara syukuran memang hakikatnya untuk saling berbagi, apalagi
berbagi kepada musafir ilmu seperti mahasiswa yang pada umumnya anak kos itu.